Teladan yang Baik dalam Segala Hal
Keteladanan
Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA dapat
dilihat dari aspek keulamaannya yang sangat besar sekali dan
keteladanannya sebagai seorang pemimpin. Aspek keulamaannya sangat jelas
sekali karena beliau pernah menjadi adalah salah satu anggota Syuriyah
Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama’ Kota Kediri di tahun 1960-an,
disamping sebagai pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo. Bukti yang lebih
hebat atas keulamaannya adalah buah ta’lifan yang berupa Sholawat
Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah. Dari segi kepemimpinan, keteladanannya
dapat dilihat dari bagaimana kehidupan beliau yang amat sangat
sederhana sekali. Apa yang beliau kenakan adalah apa yang dikenakan
untuk senantiasa audensi kepada Allah SWT.
Beliau dikenal sebagai
orang yang sangat sederhana, tidak macam-macam dan tidak neko-neko.
Apabila berbicara, cukup yang penting dan ada manfaatnya saja. Cara
hidup yang beliau jalani merupakan pelajaran bagi setiap orang yang
mengenal dan bisa “membaca” perilakunya. Kalau bisa “membaca” setiap
perilaku Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah QS
RA, akan memperoleh ilmu yang berharga. Perilakunya merupakan
pengamalan dari Ajaran Wahidiyah. Sayangnya, kadang pengamal Wahidiyah
kurang pandai membaca apa yang beliau sampaikan. Padahal, apa yang
beliau sampaikan sebenarnya merupakan sikap yang seharusnya diambil
atau dicontoh oleh pengamal Wahidiyah.
Dalam hal jamuan makan,
misalnya, apa yang ada di depannya itulah yang beliau makan. Beliau
tidak pernah bergeser kemana-mana. Cara memakan makanan pun sedikit
demi sedikit. Bahkan setiap kali makanan yang masuk kemulut harus
dikunyah tidak kurang dari dua puluh satu kali kunyahan. Dari cara
makannya saja kelihatan, tidak ada sedikit pun hal yang berlebihan.
Beliau tidak meletakkan piring makanannya apabila teman sejamuannya
belum selesai makannya. Selama waktu makan, beliau sama sekali tidak
berbicara.
Terutama pada makanan, beliau paling berhati-hati
dalam menkonsumsinya. Tidak hanya halalan thoyyiban yang menjadi
pedoman, tetapi beliau juga menjauhi makanan yang berbau syubhat.
Bahkan beliau akan muntah, apabila makanan yang dimakan tercampur
dengan semut. Makanannya tidak macam-macam meski ada berbagai macam
makanan, namun beliau jarang atau sama sekali tidak menyentuhnya.
Dalam
hal Perjuangan Wahidiyah beliau menempatkannya pada urutan nomor
wachid. Hal ini merupakan pengamalan dari Ajaran Yukti Kulladzi Haqqin
haqqoh dan Taqdimul Aham fal Aham. Beliau selalu menomorsatukan
Perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rasulihi SAW di atas segala kepentingan.
Segala kemampuan beliau curahkan dalam perjuangan suci ini, apapun
yang beliau miliki seperti, ilmu, harta, karomah, kedudukan, kesehatan,
kesemuanya itu merupakan sarana dalam memperjuangkan Wahidiyah.
Beliau
mengamalkan ilmunya tidak hanya dengan pidato di atas mimbar. Namun
beliau mengamalkan ilmunya dengan keteladanan. Keteladananlah yang
beliau sampaikan kepada masyarakat (pengamal Wahidiyah). Mudah-mudahan
pengamal Wahidiyah benar-benar dapat mengambil teladanan dari perilaku
dan kehidupan Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat
Wahidiyah QS RA. Beliau merupakan contoh dan teladan yang baik dalam
segala hal.
Ghoutsu Hadzazzaman
Berdasarkan khusnudhon dan
keyakinan pengamal Wahidiyah, bahwa Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef
Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA adalah seorang Ghoutsu Hadzazzaman.
Kesempurnaan arti dan makna, keindahan ungkapan bahasa, keberkahan
setiap rangkaian kata dan ketinggian mahabbah dzauqiyyah sifat-saifat
Rasulullah SAW serta kedalaman pancaran nur imaniyah yang terkandung di
dalam Sholawat Wahidiyah merupakan bukti bahwa beliau Syekh al-Haj
Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah adalah orang yang
‘arif billah, sempurna dan agung disisi Allah SWT wa Rasulihi SAW. Hal
ini sebagaimana yang diungkapkan Syekh Musthofa at_Thomum RA dalam
kitab manaqibnya Sayyid Muhammad Sirrul Khotami al-Mirghoni RA halaman
81:
………………
………………
“Sesungguhnya sirrinya seorang wali
itu ada dalam khizibnya, dan maqamnya ada dalam susunan sholawatnya
atas Nabi SAW. Maka beberapa sifat Nabi SAW yang tercantum di dalam
susunan sholawatnya adalah menunjukkan derajat dan maqam wali itu”.
Disamping
terpancar dalam kandungan Sholawat Wahidiyah, kedudukan dan ketinggian
derajat Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA juga terwujud dalam lisanul
hal dalam menunjukkan ketinggian akhlak, kedalaman ilmu syari’at dan
hakikat dan kesempurnaan ma’rifat dalam membimbing umat masyarakat.
Maka kita ---pengamal Wahidiyah--- sangat yakin rasanya sulit sekali
menenmukan seseorang yang menyamai, apalagi melebihi kedudukan dan
derajat Muallif Sholawat Wahidiyah, bahkan tanpa diragukan Muallif
Sholawat Wahidiyah adalah sebagai guru agung yang kaamil mukammil
(sempurna dan menyempurnakan ma’rifat orang lain) dan seorang Ghouts
zaman yang menduduki kedudukan Mujaddid (pembaharu metode) wushul
ma’rifat billah atau pembina mental dan ruhani di zaman ini.
Terbukti
di zaman ini hanya Muallif Sholawat Wahidiyah yang senantiasa
membimbing, mengajak dan mendoakan umat masyarakat tanpa pandang bulu
dan golongan untuk sadar ma’rifat kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW
melalui bimbingan praktis yang lazim dikenal dengan Ajaran Wahidiyah
yaitu; Lillah Billah, Lirrasul Birrasul, Lilghouts Bilghouts, Yukti
Kulladzi Haaqqin Haqqoh dan Taqdimul Aham fal Aham Tsummal Anfa’ fal
Anfa’. Ajaran ini adalah ajaran yang mencakup Islam, Iman dan Ihsan
yang menurut para ulama disebut dengan syari’at, aqidah dan akhlak.
Sedangkan menurut para ahli tasawuf disebut dengan syari’ah, hakikat dan
ma’rifat. Maka Ajaran Wahidiyah itu adalah ajaran yang berdasarkan
Al-Quran, Al-Hadis serta ijma’ para ulama’ Salafus Shalihin.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Sholawat Wahidiyah dan Ajaran
Wahidiyah merupakan karunia Allah SWT yang agung nan luhur yang
diturunkan melalui Syaikhuna al-fadhil al ‘Alim al ‘Allamah al ‘Arif
Billah al Mukarram Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef QS RA. Oleh karena
itu merupakan ni’mat yang tiada bandingannya bagi kita yang telah
menemukan ---tanpa harus bersusah payah--- dan mengamalkan Sholawat
Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah.
Sholawat Wahidiyah dan Ajaran
Wahidiyah merupakan suatu doa yang sangat praktis dan tiada
bandingannya untuk wushul kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. Bahkan pada
acara Hari Ulang Tahun Sholawat Wahidiyah yang ke-2 Romo K.H. Abdoel
Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA “bersumpah” (dawuh)
“Kalau memang ada suatu amalan yang lebih cepat dalam hal menyampaikan
wushul kepada Allah SWT melebihi amalan Wahidiyah, maka saya akan
meguru lagi. Dan selanjutnya saya beserta seluruh pengamal Wahidiyah
akan mengamalkan amalan tersebut”.
Sebagai ungkapan rasa syukur
dan terima kasih pengamal Wahidiyah kepada Muallif Sholawat Wahidiyah
QS RA yang dengan ikhlas telah mengijazahkan Sholawat Wahidiyah dan
Ajaran Wahidiyah kepada kita semua, tiada lain yang dapat kita haturkan
kepada beliau, kecuali kepatuhan dan ketaatan kita terhadap semua yang
telah dibimbingkannya, istilah lainnya adalah pasrah bongkokan
:Almuridu ‘indal syaikhi kalmayyit ‘inda yadayil ghosili (“seorang
murid terhadap gurunya harus seperti mayit di bawah kedua tangan orang
yang memandikannya).
Dengan kerendahan hati, duhai Syaikhina wa
Murobbina Romo K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah QS
RA terimalah untaian doa kami : JAZALLAHU ‘ANNA ……………
WAFAT DAN PEMAKAMAN
Lazimnya,
seseorang selalu menyembunyikan kepribadiannya, dan tidak banyak yang
dapat mengetahui sifat-sifatnya, kecuali ketika orang tersebut berada
dalam dua situasi, yakni saat dia tidak mungkin lagi mengenakan topeng
yang menyembunyikan wajah aslinya di sepanjang hidupnya; ketika dia
dijebloskan dalam penjara, dan disaat dia terbaring mati.
Dalam
kedua keadaan tersebut, penglihatan kita memperoleh kesempatan yang
sangat langka untuk melihat wajah hakiki seseorang, khususnya dalam
keadaan yang kedua, ketika orang itu mati.
Ketika seseorang
mencium bau maut, ruhnya menjadi murni, dan disaat seseorang terbujur
mati, maka saat itu dia menunjukkan dirinya yang sejati. Hebatnya
kematian, mampu membuat seseorang menjadi sepenuhnya telanjang, tanpa
bisa berpura-pura. Sebab dia tidak memiliki kesempatan untuk
menyombongkan diri. Kematian adalah peristiwa yang sangat besar, yang
disampingnya seseorang begitu menjadi kecil. Ruh yang ketakutan, keluar
dalam keadaan telanjang dari sarangnya yang sepanjang umurnya mampu
menyembunyikan dirinya. Kematian mampu meruntuhkan dinding-dinding
persembunyian tersebut, sehingga tak lagi ada yang dapat menyembunyikan
sosoknya yang hakiki.
Kematian ini sendiri merupakan suatu seni,
dan harus dipelajari sebagaimana halnya dengan seni yang lainnya. Ia
merupakan pemandangan yang sangat indah dan sangat detil. Ia merupakan
lukisan paling baik tentang kehidupan seseorang.
Amat sedikit
orang yang kematiannya merupakan kematian yang indah. Sejarah yang
sudah amat tua usianya ini, amat rindu untuk menemukan orang-orang yang
mati dalam keadaan baik dan tokoh-tokoh melepas nyawanya dengan indah
dan agung. Dapat dipastikan, hanya orang-orang yang tahu bagaimana
mereka seharusnya mati sajalah yang tahu bagaimana mereka seharusnya
hidup. Benar, bahwa hanya orang-orang yang memandang hidup bukan sekadar
adanya nafas yang naik turun sajalah yang tidak memandang kematian
sebagai tidak adanya nafas. Akan tetapi nafas itu sendiri adalah amal
dan pekerjaan besar, sebagaimana halnya dengan kehidupan.
Kematian
orang-orang besar juga tidak satu warna. Tiap-tiap orang akan mati
sebagaimana ketika ia hidup. Dia akan mati dalam wujud dirinya yang
sejati. Salah satu peristiwa kematian yang amat terkenal adalah kematian
Sebastian, Kaisar Romawi yang dianggap sebagai pahlawan. Ketika dia
terbaring di tempat tidurnya menjelang saat-saat kematiannya, para
pembesar dan panglima-panglimanya berdiri mengelilinginya. Namun, begitu
ia menyadari bahwa ia akan segera melepaskan nyawa terakhirnya, serta
merta ia bangkit dari tempat tidurnya dan berteriak nyaring “Seorang
emperor harus berdiri ketika mati!”. Kemudian dia menghembuskan nafasnya
yang terakhir dalam keadaan berdiri memeluk pundak dua orang panglima
perangnya.
Dia adalah orang yang sungguh-sungguh besar. Akan
tetapi ada pula mata yang bisa melihat keindahan dan keagungan,
keunikan dan kehalusan yang tidak dapat ditangkap oleh mata silau
seperti itu. Penglihatan yang tersebut di atas tadi, memandang
keagungan dan keindahan pada hiruk-pikuknya medan perang,
berkelebatannya mata pedang, dan khususnya sutera yang dikenakan
seseorang. Namun dia tidak dapat melihat keindahan dalam aspek yang
ideal dan dengan wawasan yang luhur.
A. Hari-hari Terakhir
Setelah
mencurahkan segala kemampuan, baik lahiriyah maupun batiniyah lebih
kurang 26 tahun lamanya, berjuang dengan penuh kesungguhan bersama para
pengikut setia beliau, bergumul dan berdakwah memeberantas
penyakit-penyakit hati (hawa nafsu), memanggil umat manusia agar kembali
ke jalan Tuhan, berjuang menegakkan nilai-nilai tauhid, maka akhirnya
berhasillah beliau dalam menunaikan tugas sucinya, menyiarkan Sholawat
Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah kepada umat manusia jami’al ‘alamin.
Namun
di balik itu, setelah penyusunan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran
Wahidiyah sudah mencapai kesempurnaan, pengamal Wahidiyah merasa cemas,
karena kesempurnaan tersebut sebagai isyarat bahwa beliau Muallif
Sholawat Wahidiyah RA tidak lama lagi akan dipanggil oleh Allah SWT
kehadirat-Nya, berpisah dengan pengikut yang telah dibimbingnya.
B. Mujahadah Kubro Wada’
Tanda-tanda
akan kewafatan Muallif Sholawat Wahidiyah, Mbah K.H. Abdoel Madjid
Ma’roef RA makin mendekati kenyataan ketika Mujahadah Kubro bulan Rojab
1409 H/1989 M beliau sudah tidak dapat memberikan fatwa amanatnya.
Itulah Mujahadah Kubro Wada’ (perpisahan), karena beliau tidak dapat
lagi bersama pengamal Wahidiyah mengiktui Mujahadah Kubro pada tahun
berikutnya, sekaligus inilah Mujahadah Kubro terakhir kali yang beliau
ikuti.
Kecemasan dan kegundahan begitu tampak di wajah ribuan
peserta Mujahadah Kubro yang datang dari penjuru tanah air. Kerinduan
akan kesyahduan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an ketika bermakmum sholat
kepada beliau sudah tak dapat mereka rasakan. Kelembutan dan keni’matan
akan fatwa amanat beliau sudah tak dapat mereka dengarkan. Sungguh,
Mujahadah Kubro kali ini terasa begitu pilu dan mendebarkan.
Meski
keadaannya sudah sakit parah, pada Mujahadah Kubro gelombang yang ke
lima (terakhir), tepatnya hari Ahad malam (malam Senin) beliau masih
sempat menyampaikan fatwa amanatnya yang terakhir kali. Mbah K.H.
Abdoel Majid Ma’roef RA memang memaksakan dirinya untuk menyampaikan
pesan-pesannya yang terakhir kali sambil duduk di dalam kamar untuk
memberikan ketentraman ke dalam hati pengikutnya yang sedang dirundung
gelisah dan cemas. Dengan suara yang berat dan terbata-bata beliau
menyampaikan pesan-pesannya yang terakhir.
Dalam Mujahadah Kubro
wada’ inilah beliau menyampaikan mutiara wasiat yang amat berharga bagi
pengamal Wahidiyah disamping itu beliau juga memberikan tantangan
(kesempatan) kepada pengamal Wahidiyah untuk memperjuangkan Sholawat
Wahidiyah dan Ajarannya. Pada Mujahadah Kubro wada’ ini pula beliau
Muallif Sholawat Wahidiyah memberikan ijazah Sholawat Wahidiyah kepada
seluruh pengamal Wahidiyah secara langsung. Fatwa amanat bersejarah itu
berisi antara lain sebagai berikut :
ألسّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذى أتانا بالواحدية بفضل ربنا
ياشافع الخلق الصلاة والسلام عليك نورالحلق هادي الانام
واصله وروحه أدركنى فقدضلمت ابد وربنى
ياصاحب الاسراء والمعراج ياصاحب المقام ياذالدرج
ياخير خلق الله حقااجمعن انت إمام الانبيا والمرسلين
أنت رحيم ونبي أنى أنت رءوف وحبيب المنعم
ياايهاالشفيع يامشـفع كل شفيع هو منك يشفع
والاهل والاولاد واللذ عملا بالواحدية بفضل ذى العلا
يأسيدى والحاضرين الحاضرات ياسيدي والمسلمين المسلمات
يارحمة للعالمين والتمام والخيرمنك والخباح والسلام
ياربنا اللهـم صل سلم على محمد شفيع الامم
والال واجعل الانام سرعين بالواحدية لرب العالمين
يامربنا اغفر ليسر افتح واهدنا قرب والف بيننا ياربنا
اما بعد
•
Al-Mukarromin wal mukarromat, para bapak dan ibu Penyiar Sholawat
Wahidiyah Pusat, Propinsi, Kodya/Kabupaten, Kecamatan, Desa dan
imam-imam jama’ah seluruh tanah air.
• Para bapak, para ibu yang kami muliakan
• Para remaja, para kanak-kanak putra dan putri yang kami sayangi
• Protokol yang kami taati.
Kami ikut memanjatkan puja puji tasyakur kehadirat Allah SWT biqauli alhamdulillahi rabil ‘alamin, terutama sehubungan kita
Setelah
mengucapkan salam dan untaian puji syukur kehadirat Allah SWT serta
sanjungan sholawat salam barokah kepangkuan Rasulullah SAW, keluarga,
sahabat dan para auliya’ min awwalihim ila akhirihim khususnya
kepangkuan Ghoutsu hadzazzaman RA, di awal fatwa amanatnya yang
terakhir, Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef QS RA menyampaikan sebuah
hadits :
اَْلأعْمَالُ بِخَوَا تِمِـهَا
“Segala amal itu tergantung pada penghabisannya”
Amal-amal
itu tergantung pada penghabisannya. Jadi kalau penghabisannya ini
baik’ semua dihitung baik, tapi kalau penghabisannya jelek, yaa
semuanya bisa jadi jelek. Seperti orang hidup, sekalipun selama hidup
itu baik, tapi kalau dia ketika menghembuskan jiwa (ruh) itu jelek’
semua jadi jelek, tetapi sekalipun selama hidup baik, yaa baik semua.
Artinya yang jelek itu diberi ampun oleh Allah SWT. Makanya banyak
doa-doa yang mendoakan agar diberi khusnul khatimah, jadi yang
penghabisan itu yang pokok sekali. Karena itu, sekali lagi para
hadirin-hadirot mari Mujahadah Kubro tinggal setengah malam ini dengan
sungguh-sungguh.
قبلت إجازتك فى
هذه الصلوات الواحدية فى العمل والنشر وفى الأجازة فيها. ياايها الذين
امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما" من صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا" ¢
رواه مسلم ¢ ¢ الاحزب : 56¢
إذا تتلى عليهم ايت الرحمن خروا سجداوبكيا. ¢ مريم :58 ¢
ياأيهاالناس
ابكو فإن لم تبقو فتباكوا ¢ رواه ابوداود ¢ ياسيدى يارسول الله لقنوا
موتاكم لااله الله ¢ رواه مسلم ¢ قال صلى الله عليه وسلم : من ذكرنى فقد
ذكرالله ومن أحبنى فقد أحب الله والمصلى علي ناطق بذكرالله ¢ سعادة الدرين :
512 ¢ وفى الحديث : لن ينجي احدكم عمله قالو ولا انت يارسول الله : قال
ولاأنا إلا أن تغمد نى الله برحمته وفى الصحيحين. قام رسول الله حين أترل
عليه" وأنذر عشيرتك الاقربين" فقل : يامعشر قريش اشتروا أنفسكم من الله شيأ
"ياعباس عم رسول الله لا أغني عنك من الله شيأ" ياصفية عمه رسول الله الا
أغني عنك من الله شيأ, يافا طمة بنت رسول الله سلينى من مالى ما شئت
لاأغني عنك من الله شيأ. ¢ ارشادا لعباد : 116 ¢
ألطرق
إلى الله مشدودة الا على من أقتغى اثر رسول الله صلى الله عليه وسلم. من
كان للشرعى إعتراض فهو مخدوع ومغرور وفى رواية مغرور ومخدوع. وأفضل
الاوراد ماورد. كل جمع مؤنث. ليت قومى تجمعوا وبقتلى تحدثوا لاأبالى
بجمعهم كل جمع مؤنث.
Muqoddimah :
الاممال
بخوا تمها. حسنات الابرار سيئات المقربين خاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا.
إن الصلاة تنهى عن الفخشاء والمنكر ¢ العنكبوت : 45 ¢ أقم الصلاة لذكري ¢
طه : 14 ¢ ألناس نيام فاءذا ماتوا إنتبهوا. إلا العارفون. ظهور سرالانسان
فى الدنيا. ظهور سر الايمان فى القبر. ظهور سر العرفان فى يوم القيامة
ألعارف كائن بائن. هم ملوك الاخرة اولئك يلعنهم الله ويلعنهم اللعنون. ¢
البقراة : 159 ¢ ومن يتق الله يجعل له محرجا ويرزقه من حيث لايحتسب ¢
الطلاق : 2¢ ولو أن أهل القراى أمنوا واتقوا. ¢ الاعرف : 96 ¢
أمنوا = بالله : واتقوا = لله.
اتقوالله حق تقاته, ¢ ال عمران : 103 ¢ ادعونى أستجب لكم. ¢ المؤمن : 60¢
الفاحتة. أجزتكم بهذه الصلوات الواحدية نى العمل والنشر وفى الاجازة فيها.
Doa Penutup :
وإنما توفون أجوركم يوم القيامة ¢ ال عمران : 185 ¢
فمن ذحزح عن النار وأد خل ألجنة فقد فاز ¢ ال عمران : 185 ¢
موا السلام عليكم وعليكن ورحمة الله وبركاته.
الفاتحة ياشافع الخلق حبيب الله
اللهم ياواحدياأحد ياسيدى يارسول الله
اللهم كماانت اهله ياربنا اللهم صل سلم
ياشافع الخلق الصلاة اللهم بارك فيما خلقت
ياسيدي يارسول الله وفى هذه المجاهدة
ياايهاالغوث سلام الله الكبرى ياالله
استتغراق
الفـاتحة
بسم
الله الرحمن الرحيم, الحمدالله رب العالمين والصلاة والسلام على اشرف
المرسلين, وعلى ألـه وصحبه أجمعين. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا ومولانا
وشفيعنا وقرة أعيننا محمد صلى الله عليه وسلم وشرف وكرم ومحمد وعظم نبيك
نبي الرحمة صاحب الشفاعة والعناية والكرامه وكاشف الغمه وهادى الامه, وعلى
انبيائك والمرسلين وملائكتك المقلربين عليهم الصلاة والسلام وعلى الهم
وأصحابهم وجميع الاقطاب واعوانهم من اولهم الى يوم القيامة وغوث هذالزمان
واعوانه وسائر اوليائك العارفين أينما كان ا من مشارق الارض الى مغاربها
والذين هم فى ارض أندو نيسيأ والاوليـأء التسعة (والشيخ الوالد) واضرابهم
رض الله تعالى عنهم, واعا دعلينا من بركاتهم وشفاعاتهم وأمدنا بأمدادهم.
امين, امين, امين, يارب العالمين. (وبلغهم سلامنا وتحيتنا وبلغنا شفاعتهم
فى دعوتنا ومجاهد تناهذه ياالله, وهذه المجـاهذة الكبرى ياالله )
ياحضراتكم أغيثونا وأشفعوالنا عندربكم فى هذه المجاهدة زفى هذه
المجاهذة الكبرى, وفى دعوتنا هذه ياحضراتكم, اللهم ربنا, ربنا, ربنا ظلمنا
انفسناوان لم تغفرلنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين, ربنااتنا فىالدنيا حسنة
وفى الاخرة حسنة وقناعذاب النار, ربنا هبلنا من ازواجنا وذرياتنا قرة
أعين واجعلنا للمتقين.
للمتقين اماما,
اللهم بارك فى ادياننا وانفسنا واهلينا زذرياتنا وكل شئ أعطيتنا وفى هذه
المجاهذة الكبرى زفى هذه الصلوات الواحدية وجميع ماتعلق بها وفى أولئك
الحاضرين الحاضرات. وجميع من عمل بهذه الصلوات الواحدية ومن أعان عليها
إلى يوم القيامة, وفى أديانهم وأنفسهم وأهليهم وذرياتهم وكل شئ أعطيتهم.
(يامنزل البركات ) بركة عظيمة محيطة عامة ظاهرة وباطنة فى الذين
والدنيا والاخرة – اللهم ياالله – اللهم يسر – يسر – يسـر ياالله ( اللهم
اشفنا وإياهم )(وطول أعمارنا وأعمارهم بالبركة العظيمة )(اللهم أعنا
وقوناعلى ذكرك وشرك وحسن عبادتك ) اللهم ياالله, ياالله, ياالله
(يامجب الدعوات )(ياقادر على كل شئ ) ياارحم الرحمين ,اللهم
صلى على سيدنا محمد صلاة دائمة نسألك بها (يامجيب الدعوات ) من لدنك
قلوباصافيه وعلومانا فعة واعملا مقبولة وذنوبا مغفورة وامورا ميسرة.
ميسرة
وارزاقا واسعة مباركة وحوائج مقضية والعفو والعافيه الدين والجنيا
والاخرة, والاستقامة التامة وحسن الخاتمة, وذرية طيبة واغفرلنا وارحمنا
ورضناوكلنا, لنا ولابائنا وأمهاتنا وإخوائنا ومشايخنا ومن له حق علينا
وعليهم وهؤلاء الحاضرين والحاضرات فى هده الجاهدة الكبرى وجميع من عمل
بهذه الصلوات الواحدية ومن أعان عليها إلى يوم القيامة اللهم ياالله
(يامجيب الدعوات ) ياارحم الرحمين , والحمد لله رب العالمين.
(اللهم
بحقاسمك الاعظم, وبجاه سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم, وبركة غوث هذا
الزمان وأعوانه وسائر اوليائك ياالله, ياالله, ياالله رضى الله تعالى عنهم
) بلغ جميع العالمين نداء ناهذا واجعل فيه تأثيرا بليغا
فإنك على كل شئ قدير, وبالإجابة جدير
ففروألى الله
وقل حاء الحق وزهق الباطل إن الباطل كان زهوقا
الفـاتحة
……………………………………………………..
……………………………………………………..
………………………………………………………
Fatwa
amanat tersebut merupakan “amanah” bagi seluruh pengamal Wahidiyah
untuk melaksanakan dawuh-dawuh di atas, salah satunya yang paling esensi
adalah bahwa pengamal Wahidiyah berkewajiban untuk menyiarkan Sholawat
Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah kepada masyarakat jami’al ‘alamin tanpa
pandang bulu dengan berprinsip arif dan bijaksana.
Tenggat
setengah bulan setelah menyampaikan fatwa dan amanatnya yang terakhir
dalam Mujahadah Kubro bulan Rojab, Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA
wafat, showan kehadirat Allah SWT dengan tenang, tepatnya hari Selasa
Wage tanggal 29 Rojab 1409 H bertepatan dengan tanggal 7 Maret 1989.
C. Pemakaman
Berita
wafatnya Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA terus menyebar. Tidak saja
ke kota Kediri, tetapi juga menyebar ke Nganjuk, Blitar, Tulungagung,
Jombang dan kota-kota lainnya di Jawa Timur. Berita itu tersebar
utamanya melalui mulut ke mulut, juga melalui media massa dan lain
sebagainya.
Pengamal Wahidiyah dari berbagai penjuru tanah air
mulai berdatangan,tidak hanya dari wilayah Jawa Timur, tetapi dari Jawa
Tengah, Jawa barat dan dari Jakarta pun berjubel datang ke Kedunglo.
Lautan manusia datang dengan rona muka yang sama; kepedihan yang
mendalam atas berpulangnya salah seorang pelita hati dan teladan
kehidupan. Mereka datang dengan satu tujuan yaitu untuk berta’ziyah dan
melepas kepergian Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA ke tempat
pembaringannya yang terakhir.
Prosesi pemakamannya berlangsung
pada pagi hari tepatnya hari Rabu Kliwon, 30 Rajab 1409 H bertepatan
dengan 8 Maret 1989 M. Sebelum pemakaman, shalat jenazah untuk
almaghfurlah dilaksanakan di Masjid Kedunglo. Sholat jenazah didirikan
berulang-ulang dengan jumlah jama’ah yang mencapai ribuan.
Setiap
kali setelah sholat jenazah dilanjutkan dengan mujahadah. Sholat
jenazah pertama dilaksanakan setelah sholat isya’ dan berlanjut terus
menjelang sholat Shubuh. Pada saat sholat Shubuh dilaksanakan, keranda
jenazah Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA dibawa ke ndalem (rumah). Hal
ini dilakukan untuk menghindari ribuan penta’ziyah yang berebut untuk
memikulnya. Banyak orang yang kecele, ribuan orang yang bermaksud
mengangkat keranda jenazah beliau. Namun toh demikian ---meski tidak
kesampaian mengangkat keranda jenazah-- mereka terasa sudah puas
apabila sudah dapat menyentuh keranda jenazahnya.
Tempat
pemakaman yang terletak di dalam ndalem, dipenuhi dan dikelilingi
ribuan orang-orang yang ingin memberikan penghormatan terakhir untuk
Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA. Di dalam ndalem tampak anggota
keluarga, para pimpinan PSW Pusat dan kerabat dekat beliau yang sibuk
mempersiapkan pemakaman.
Dalam upacara pemakaman disampaikan
hasil “Putusan Keluarga” yang disampaikan oleh Bapak A.F Baderi selaku
Ketua I PSW Pusat. Para penta’ziyah dengan penuh khidmad mengikuti
upacara pemakaman. Kalimat nida’ Yaa Sayyidii Yaa Rasulalloh, Yaa
Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts terus bersahutan, isak tangis tak
henti-hentinya terdengar dari para penta’ziyah. Suasana hening ketika
pelan-pelan jenazah Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA diturunkan ke
liang lahat. Lantunan adzan segera terdengar “Allahu Akbar, Allahu
Akbar” kumandang Agus Abdoel Latif Majid yang berada di dasar kuburan
setelah jenazah dibaringkan.
Inilah hari terakhir perjumpaan
seluruh pengamal Wahidiyah kepada beliau Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef
Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS RA. Ribuan orang menangis, memang
seharusnya orang-orang tak perlu menangis, karena orang yang mereka
cintai telah kembali di sisi Tuhannya dengan hati yang tunduk. Akan
tetapi tangisan itu adalah ungkapan tulus dari dasar jiwa mereka yang
paling dalam, yang mengekspresikan duka yang mendalam atas meninggalnya
seorang figur panutan, seorang yang telah menyelamatkan mereka dari
jurang kedhaliman, seorang dokter jiwa yang telah membersihkan hati
mereka sehingga dapat sadar ma’rifat kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW.
Siapakah yang akan meneruskan perjuangannya ?
* * *
Tidak
diragukan lagi, bilamana pengamal Wahidiyah mengkaji berbagai aspek
kehidupan dari kepribadian Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA sebagai
seorang manusia, kepala keluarga, anggota masyarakat, ulama (kiai),
pemimpin, pemandu dan guru ruhani, beliau akan sampai kepada kesimpulan
bahwa kesempurnaan beliau dalam segala sisi adalah bukti yang tegas
bahwa beliau adalah Sulthanul auliya’ fii zamanihi atau Ghoutsu
hadzazzaman.
Beliau Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS RA memberikan
sumbangan yang menakjubkan bagi kesejahteraan umat manusia. Beliau
menta’lif (menyusun) Sholawat Wahidiyah yang dirangkai dengan Ajaran
Wahidiyah, yang tidak dimiliki oleh Sholawat lainnya. Beliau membawa
ajaran yang universal, namun simpel dan praktis; Lillah Billah, Lirrasul
Birrasul, Lilghouts Bilghouts, Yukti kulladzi haqqin haqqoh, Taqdimul
aham fal aham tsummal anfa’ fal anfa’.
Inilah risalah yang
manusia ---sekali lagi--- telah kehilangan bimbingannya. Maka,
mengapakah kita tidak datang lagi ke bawah naungannya agar umat manusia
terselamatkan dari kehancuran dan dapat mencapai kedamaian, kemajuan
dan kebahagiaan dunia akhirat ?
Kedunglo dicekam kegelisahan
total. Kebingungan dan kecemasan melanda para pengamal Wahidiyah.
Berita-berita yang mereka terima menunjukkan, bahwa kondisi Mbah K.H.
Abdoel Majid Ma’roef RA telah sangat kritis, dan sangat sedikit harapan
untuk sembuh. Ini menunjukkan bahwa kehidupannya tinggal beberapa saat
lagi. Sejumlah Pengamal Wahidiyah sangat ingin melihatnya dari dekat,
tetapi kondisinya yang parah tak mengizinkan siapa pun untuk menjenguk
ke ruangan beliau dirawat, kecuali anggota keluarganya.
PERJUANGAN MBAH K.H. ABDOEL MADJID MA’ROEF RA
A. Kelahiran Sholawat Wahidiyah
1. Latar Belakang Lahirnya Sholawat Wahidiyah
Kerusakan
mental manusia di tahun 1960-an telah diambang pintu kehancuran,
dilanda arusnya nafsu hingga manusia tenggelam dalam lautan munkarat
akibat dari kebodohannya tentang keimanan (kesadaran) kepada Allah SWT
wa Rasulihi SAW.
Kehidupan manusia sudah tidak lagi mengindahkan
nilai-nilai ajaran agama, sehingga melahirkan manusia-manusia yang
amoral (tidak berakhlakul karimah). Di tengah kehidupan manusia yang
kehilangan pegangan hidupnya itulah, tampil seorang yang sangat
perhatian akan kelangsungan keselamatan kehidupan manusia di dunia dan
akhirat. Beliau adalah Abdoel Majid Ma’roef, seorang kiai yang sangat
bersahaja dan tawadhu’.
Keprihatinan beliau terhadap kondisi
kehidupan manusia yang semakin jauh dari Allah SWT dibuktikan dengan
riyadhoh yang begitu luar biasa beliau lakukan. Segala jenis dan macam
doa beliau amalkan untuk memperbaiki atau membangun mental (akhlak)
manusia yang hampir di jurang kehancuran. Karena kesungguhan Mbah K.H.
Abdoel Majid Ma’roef RA dalam bermunajat kepada Allah SWT, sekitar awal
bulan Juli 1959, beliau menerima suatu alamat ghaib ---istilah
beliau--- dalam keadaan yaqudhotan (sadar dan terjaga), bukan dalam
keadaan mimpi. Maksud dari alamat ghaib tersebut adalah “supaya ikut
berjuang memperbaiki mental masyarakat lewat jalur bathiniyah”.
Setelah
menerima alamat ghaib tersebut beliau sangat prihatin, kemudian beliau
mencurahkan atau memusatkan kekuatan bathiniyah, bermujahadah
(bersungguh-sungguh) dalam bertaqarrub (mendekatkan) diri kepada Allah
SWT, memohon bagi kesejahteraan umat masyarakat, terutama perbaikan
akhlak dan kesadaran kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. Doa-doa atau
amalan yang belaiu perbanyak adalah doa sholawat, seperti; Sholawat
Badawiyah, Sholawat Nariyah, Sholawat Munjiyat, Sholawat Masisiyah dan
sholawat yang lainnya. Boleh dikatakan, bahwa hampir seluruh doa yang
beliau amalkan untuk memenuhi maksud alamat ghaib tersebut adalah doa
sholawat.
Dimanapun dan kapanpun beliau berada, senantiasa
beraudensi (berhubungan) dengan Allah SWT dengan membaca sholawat,
sehingga tidak ada waktu sedetik pun terlewatkan tanpa berhubungan
kepada Allah SWT. Ketika bepergian dengan sepeda ontel (kayuh) beliau
memegang setir sepeda dengan tangan kiri, sedang tangan kanan beliau
masukkan ke dalam saku baju untuk memutar tasbih. Untuk amalan Sholawat
Nariyah misalnya, beliau sudah terbiasa mewiridkannya dengan bilangan
4444 kali dalam tempo lebih kurang 1 (satu) jam. Untuk meningkatkan
taqarrubnya kepada Allah SWT disamping riyadhoh-riyadhoh yang telah
dilaksanakan, beliau juga melakukan puasa-puasa sunah terus-menerus.
Tenggat
empat tahun setelah melakukan riyadhoh dan munajat dengan penuh
kesungguhan bagi keselamatan umat manusia, pada awal tahun 1963 beliau
menerima alamat ghaib lagi seperti yang beliau terima pada tahun 1959.
Alamat yang kedua ini bersifat peringatan terhadap alamat ghaib yang
pertama, yaitu supaya cepat-cepat ikut berusaha memperbaiki akhlak
masyarakat melalui saluran bathiniyah. Maka beliau pun meningkatkan
mujahadahnya, bermunajat kepada Allah SWT, sampai-sampai kondisi fisik
beliau seringkali terganggu (sakit-sakitan). Namun, hal itu tidak
mengurangi semangat beliau dalam bertaqarrub kepada Allah SWT. Bahkan
beliau terus meningkatkan perjuangan bathiniyahnya.
Tidak
berselang lama dari alamat ghaib yang kedua itu ---masih di tahun
1963---beliau menerima alamat ghaib dari Allah SWT untuk yang ketiga
kalinya. Alamat yang ketiga ini jauh lebih keras lagi dari alamat yang
pertama dan kedua. Berikut penuturan beliau dalam bahasa Jawa: “Malah
kulo dipun ancam menawi mboten enggal-enggal nglaksanaaken” (Bahkan
saya diancam kalau tidak cepat-cepat melaksanakan). “Saking kerasipun
peringatan lan ancaman, kulo ngantos gemeter sak bakdanipun meniko”
(Karena kerasnya peringatan dan ancaman, saya sampai gemetar sesudah
itu).
Selanjutnya beliau pun prihatin lagi dan terus meningkatkan
mujahadahnya, memohon kehadirat Allah SWT. Dalam situasi bathiniyah
yang senantiasa bertawajjuh (mengarah) kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW
itu ---masih di tahun 1963--- beliau menyusun suatu doa sholawat.
“Kulo lajeng ndamel oret-oretan” (Saya lantas membuat coret-coretan),
istilah beliau, maka tersusunlah Sholawat Ma’rifat (Allohumma kama anta
ahluh dst.). Penjelasan secara rinci dan lengkap tentang penyusunan
Sholawat Wahidiyah akan dibahas pada bab lain.
Betapa besar
perhatian dan kecintaan Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA kepada umat
manusia. Saking cinta dan kasihnya, beliau rela untuk melakukan
riyadhoh yang begitu berat, lahiriyah dan bathiniyah beliau benar-benar
hanya difokuskan untuk bermujahadah, bermunajat kepada Allah SWT guna
mengemban misi yang begitu mulia dari Allah SWT untuk menyelamatkan
akhlak manusia dari kebinasaan.
2. Tahapan Penyusunan Sholawat Wahidiyah
Penyusunan
Sholawat Wahidiyah dilakukan secara bertahap oleh muallifnya. Hal ini
tentu mengandung sirri atau rahasia-rahasia yang kita tidak mengetahui
secara pasti, disamping itu penyempurnaan penyusunan Sholawat Wahidiyah
disesuaikan dengan situasi dan kondisi umat manusia di dunia.
Susunan
Sholawat Wahidiyah ---seperti susunan sekarang ini--- diawali dengan
tersusunnya Sholawat Ma’rifat yang disusun pada tahun 1963. Susunan
Sholawat Ma’rifat adalah sebagai berikut :
Dalam Sholawat
Ma’rifat tersebut belum ada kalimat Yaa Allah setelah kalimat tamaama
maghfiratika dan seterusnya seperti seperti yang ada dalam susunan
Sholawat Wahidiyah sekarang ini.
……………………………………………...…………..
Beberapa
waktu kemudian ---masih di tahun 1963--bertepatan dengan bulan
Muharram, Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA menyusun sholawat lagi,
yaitu :
Sholawat tersebut kemudian diletakkan pada urutan pertama
dalam sususan Sholawat Wahidiyah. Karena lahirnya sholawat ini pada
bulan Muharram, maka Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA menetapkan
bulan Muharram sebagai bulan kelahiran Sholawat Wahidiyah yang
diperingati ulang tahunnya dengan pelaksanaan Mujahadah Kubro pada
setiap bulan tersebut.
Pada pengajian kitab Al-Hikam
---dilaksanakan setiap Ahad pagi di masjid Kedunglo--- Mbah K.H. Abdoel
Madjid Ma’roef RA menjelaskan tentang Haqiqotul wujud sampai pengertian
dan penerapan Bihaqiqotil Muhammadiyah yang di kemudian hari
disempurnakan dengan penerapan Lirrasul Birrasul. Saat itulah ---masih
di tahun 1963--- tersusun sholawat yang ketiga :
Sholawat ini
disebut Sholawat Tsaljul Qulub (Sholawat Pendingin Hati). Nama
lengkapnya adalah Sholawat Tsaljul Ghuyub Litabriidi Harorotil Qulub
(Sholawat Salju dari alam ghaib untuk mendinginkan hati yang panas).
Ketiga
rangkaian sholawat yang sudah tersusun tersebut diawali dengan surat
Al-Fatihah, dan diberi nama Sholawat Wahidiyah. Kata Wahidiyah diambil
sebagai tabarrukan (mengambil berkah) salah satu asmaul husna yang
terdapat dalam sholawat yang pertama, yaitu Waahidu artinya Maha Satu.
Satu tidak bisa dipisah-pisahkan lagi, mutlak satu azlan wa abadan. Satu
bagi Allah tidak seperti satunya makhluk. Para ahli mengatakan, bahwa
di antara khowas (hasiat) al-Waahidu, adalah menghilangkan rasa
bingung, sumpek, resah/gelisah dan rasa takut. Barang siapa membacanya
dengan sepenuh hati dan khudhu’, maka dia dikaruniai oleh Allah SWT
tidak mempunyai rasa takut/khawatir kepada makhluk, dimana takut kepada
makhluk itu adalah sumber dari segala balak/bencana di dunia dan di
akhirat. Dia hanya takut kepada Allah SWT saja. Barang siapa
memperbanyak dzikir al-Waahid al-Ahad atau Yaa Waahid Yaa Ahad maka
Allah SWT membuka hatinya untuk sadar bertauhid, memahaesakan Allah SWT
(sadar Billah).
Pada tahun 1963 diadakan pertemuan yang diikuti
oleh para ulama/kiai dan tokoh masyarakat yang sudah mengamalkan
Sholawat Wahidiyah dari Kediri, Tulungagung, Blitar, Jombang dan
Mojokerto bertempat di Musholla KH. Abdoel Djalil Jamsaren Kediri.
Musyawarah dipimpin langsung oleh Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA.
Di antara hasil dari musyawarah adalah susunan kalimat yang akan
ditulis dalam lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk adanya kalimat
garansi atau jaminan atas usulan beliau sendiri dan disetujui oleh
peserta musyawarah. Kalimat jaminan itu berbunyi, “Menawi sampun
jangkep 40 dinten mboten wonten perubahan manah, kinging dipun tuntut
dunyan wa ukhron” (Apabila sudah genab 40 hari tidak ada perubahan
hati, boleh dituntut dunia dan akhirat”).
Menjelang peringatan
ulang tahun lahirnya Sholawat Wahidiyah yang pertama (Eka Warsa) pada
bulan Muharram 1964 Lembaran Sholawat Wahidiyah mulai dicetak pertama
kalinya sebanyak 2.500 lembar dengan susunan sebagai berikut :
Al-Fatihah ………
Allahumma yaa waahidu yaa ahad …….
Allahumma kamaa anta ahluh ………
Yaa syafi’al kholqis sholatu wassalam ………
Dalam lembaran ini juga dilengkapi dengan keterangan tentang cara pengamalannya dan juga kalimat garansi seperti di atas.
Setelah
Lembaran Sholawat Wahidiyah beredar secara luas di masyarakat,
disamping banyak yang menerima, juga tidak sedikit yang menentangnya
/mengontrasnya. Kebanyakan alasan para penentang adalah adanya kalimat
jaminan seperti di atas. Mereka memberikan penafsiran tentang garansi
dengan pemahaman yang keliru. Mereka beranggapan bahwa “Barang siapa
telah mengamalkan Sholawat Wahidiyah selama 40 hari dijamin masuk
syurga”. Sebenarnya kalimat garansi tersebut merupakan suatu ajaran atau
bimbingan agar pengamal Wahidiyah meningkatkan rasa tanggung jawab
terhadap sesuatu hal yang kita lakukan dengan segala konsekuensinya atau
bahasa lainnya adalah “berani berbuat berani bertanggung jawab”.
Setelah
peringatan ulang tahun Sholawat Wahidiyah Pertama, di Kedunglo
diadakan Asrama Wahidiyah I yang diikuti oleh kiai dan tokoh agama dari
Kediri, Blitar, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Surabaya, Malang, Madiun
dan Ngawi. Dalam asrama inilah lahir kalimat nida’ “Yaa Sayyidii Yaa
Rasulalloh”. Untuk melengkapi amalan Sholawat Wahidiyah yang sudah ada
kalimat nida’ tersebut dimasukkan dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah dan
tidak ada perubahan sampai tahun 1968.
Dalam Asrama Wahidiyah II
(5-11 Oktober 1965) Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA dalam Kuliah
Wahidiyahnya menyampaikan tentang Ghoutsu zaman. Pada saat itulah lahir
do’a :
Bacaan tersebut merupakan suatu jembatan emas yang dapat
menghubungkan manusia yang berlumur dosa dan terbelenggu nafsu kepada
Ghautsu Hadzazzaman RA untuk sadar, ma’rifat kepada Allah SWT wa
Rasulihi SAW. Pengamal Wahidiyah menyebutnya “Istighosah”. Kalimat
istighosah ini tidak langsung dimasukkan ke dalam rangkaian Lembaran
Sholawat Wahidiyah yang beredar di masyarakat, tetapi para pengamal
Wahidiyah yang sudah agak lama dianjurkan untuk mengamalkannya terutama
dalam mujahadah-mujahadah khusus.
Pada tahun 1965 Mbah K.H.
Abdoel Madjid Ma’roef RA memberi ijazah lagi berupa kalimat “Fafirruu
Ilalloh” dan kalimat “Waqulja al-haqqu wazahaqol baathil innal baatila
kaana zahuuqo”. Pada saat itu, dua kalimat tersebut juga belum
dimasukkan dalam rangkaian pengamalan Sholawat Wahidiyah, tetapi dibaca
oleh imam dan ma’mum dengan bersamaan pada setiap akhir dari bacaan
do’a.
Pada tahun 1968 lahir kembali sebuah sholawat :
Yaa robban ...
Pada tahun 1971, menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) di negara kita, lahirlah sholawat :
Yaa Syafi’al Kholqi ….
Sholawat
ini kemudian dimasukkan ke dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah
diletakkan sebelum kalimat “Yaa Robbanallohumma Sholli Sallimi”.
Pada tahun 1973 Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA menambah do’a :
Allahumma baarik ……….
(belum ada kalimat Yaa Allah).
Di
tahun yang sama bacaan Fafirruu Ilalloh” dirangkaikan dengan kalimat
“Waqulja al-haqqu wazahaqol baathil innal baatila kaana zahuuqo yang
didahului dengan do’a :
Allahumma bihaqqis ………
Pada tahun
1976 mulai dilaksanakan nida’ berdiri menghadap empat arah (barat,
utara, timur, dan selatan) dengan membaca kalimat Fafirruu Ilalloh pada
saat mujahadah dalam rangka peletakan batu pertama Masjid Desa
Tanjungsari (Masjid KH. Zainal fanani).
Pada tahun 1978 Mbah K.H.
Abdoel Madjid Ma’roef RA menambah do’a “Allahumma Baarik fii Haadzihil
Mujahadah Yaa Allah” sesudah kalimat “Allahumma Baarik Fiima Kholakta
Wahadzihil Baldah”.
Tahun 1981 do’a Allahumma Baarik Fiima
Kholakta Wahadzihil Baldah ditambah kalimat Yaa Allah dan do’a
Allahumma Baarik fii Haadzihil Mujahadah Yaa Allah diubah menjadi Wafii
Haadzihil Mujahadah Yaa Allah. Sehingga rangkaiannya menjadi Allahumma
Baarik Fiima Kholakta Wahadzihil Baldah Yaa Allah Wafii Haadzihil
Mujahadah Yaa Allah.
Pada tahun 1980 dalam Sholawat Ma’rifat ada
tambahan kalimat Yaa Allah setelah kalimat tamaama maghfiratika sehingga
kalimatnya menjadi tamaama maghfiratika yaa Allah dan seterusnya.
Pada
tanggal 27 Jumadil Akhir 1401 /2 Mei 1981 Lembaran Sholawat Wahidiyah
yang beredar di masyarakat diperbarui dengan susunan yang sudah
lengkap disertai dengan petunjuk cara pengamalannya, disertai juga
dengan Ajaran Wahidiyah serta keterangan tentang ijazah Mbah K.H.
Abdoel Madjid Ma’roef RA secara mutlak. Susunan Lembaran Sholawat
Wahidiyah seperti itu tidak ada perubahan sampai sekarang kecuali
beberapa kalimat dalam penjelasan keterangan yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan aturan bahasa. (Lihat Lembaran Sholawat Wahidiyah yang
ditulis dari tahun ke tahun).
B. Ajaran Wahidiyah
Ajaran
Wahidiyah adalah bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam
melaksanakan tuntunan Rasulullah SAW, meliputi bidang syari’at dan
bidang hakikat yang mencakup peningkatan iman, pelaksanaan Islam dan
perwujudan ihsan serta pembentukan akhlakul karimah.
Kemudian
yang dimaksud dengan peningkatan iman yaitu peningkatan menuju
kesadaran atau ma’rifat kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. Selanjutnya
yang dimaksud dengan pelaksanaan Islam adalah realisasi daripada
ketaqwaan kepada Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud dengan perwujudan
dari ihsan adalah merupakan manifestasi daripada iman dan Islam yang
sempurna.
Yang dimaksud dengan bimbingan dalam memanfaatkan
potensi lahiriyah yang ditunjang oleh pendayagunaan potensi batiniyah
yang seimbang. Jadi bimbingan praktis tersebut meliputi hablun minallah
yaitu hubungan manusia kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW dan hablun
minannas yaitu hubungan manusia dengan manusia sebagai insan sosial,
yang meliputi hubungan terhadap keluarga, terhadap bangsa, negara dan
agama, terhadap sesama umat manusia serta hubungan manusia terhadap
makhluk hidup dan lingkungan.
Ajaran Wahidiyah meliputi lima macam, yaitu sebagai berikut :
LILLAH BILLAH
LIRROSUL BIRROSUL
LILGHOUTS BIL GHOUTS
YUKTI KULLADZI HAQQIN HAQQOH
TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA’ FAL ANFA’