Senin, 29 September 2014

SEJARAH SHALAWAT WAHIDIYAH

Teladan yang Baik dalam Segala Hal

Keteladanan Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA dapat dilihat dari aspek keulamaannya yang sangat besar sekali dan keteladanannya sebagai seorang pemimpin. Aspek keulamaannya sangat jelas sekali karena beliau pernah menjadi adalah salah satu anggota Syuriyah Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama’ Kota Kediri di tahun 1960-an, disamping sebagai pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo. Bukti yang lebih hebat atas keulamaannya adalah buah ta’lifan yang berupa Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah. Dari segi kepemimpinan, keteladanannya dapat dilihat dari bagaimana kehidupan beliau yang amat sangat sederhana sekali. Apa yang beliau kenakan adalah apa yang dikenakan untuk senantiasa audensi kepada Allah SWT.
Beliau dikenal sebagai orang yang sangat sederhana, tidak macam-macam dan tidak neko-neko. Apabila berbicara, cukup yang penting dan ada manfaatnya saja. Cara hidup yang beliau jalani merupakan pelajaran bagi setiap orang yang mengenal dan bisa “membaca” perilakunya. Kalau bisa “membaca” setiap perilaku Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA, akan memperoleh ilmu yang berharga. Perilakunya merupakan pengamalan dari Ajaran Wahidiyah. Sayangnya, kadang pengamal Wahidiyah kurang pandai membaca apa yang beliau sampaikan. Padahal, apa yang beliau sampaikan sebenarnya merupakan sikap yang seharusnya diambil atau dicontoh oleh pengamal Wahidiyah.
Dalam hal jamuan makan, misalnya, apa yang ada di depannya itulah yang beliau makan. Beliau tidak pernah bergeser kemana-mana. Cara memakan makanan pun sedikit demi sedikit. Bahkan setiap kali makanan yang masuk kemulut harus dikunyah tidak kurang dari dua puluh satu kali kunyahan. Dari cara makannya saja kelihatan, tidak ada sedikit pun hal yang berlebihan. Beliau tidak meletakkan piring makanannya apabila teman sejamuannya belum selesai makannya. Selama waktu makan, beliau sama sekali tidak berbicara.
Terutama pada makanan, beliau paling berhati-hati dalam menkonsumsinya. Tidak hanya halalan thoyyiban yang menjadi pedoman, tetapi beliau juga menjauhi makanan yang berbau syubhat. Bahkan beliau akan muntah, apabila makanan yang dimakan tercampur dengan semut. Makanannya tidak macam-macam meski ada berbagai macam makanan, namun beliau jarang atau sama sekali tidak menyentuhnya.
Dalam hal Perjuangan Wahidiyah beliau menempatkannya pada urutan nomor wachid. Hal ini merupakan pengamalan dari Ajaran Yukti Kulladzi Haqqin haqqoh dan Taqdimul Aham fal Aham. Beliau selalu menomorsatukan Perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rasulihi SAW di atas segala kepentingan. Segala kemampuan beliau curahkan dalam perjuangan suci ini, apapun yang beliau miliki seperti, ilmu, harta, karomah, kedudukan, kesehatan, kesemuanya itu merupakan sarana dalam memperjuangkan Wahidiyah.
Beliau mengamalkan ilmunya tidak hanya dengan pidato di atas mimbar. Namun beliau mengamalkan ilmunya dengan keteladanan. Keteladananlah yang beliau sampaikan kepada masyarakat (pengamal Wahidiyah). Mudah-mudahan pengamal Wahidiyah benar-benar dapat mengambil teladanan dari perilaku dan kehidupan Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA. Beliau merupakan contoh dan teladan yang baik dalam segala hal.
Ghoutsu Hadzazzaman
Berdasarkan khusnudhon dan keyakinan pengamal Wahidiyah, bahwa Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA adalah seorang Ghoutsu Hadzazzaman. Kesempurnaan arti dan makna, keindahan ungkapan bahasa, keberkahan setiap rangkaian kata dan ketinggian mahabbah dzauqiyyah sifat-saifat Rasulullah SAW serta kedalaman pancaran nur imaniyah yang terkandung di dalam Sholawat Wahidiyah merupakan bukti bahwa beliau Syekh al-Haj Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah adalah orang yang ‘arif billah, sempurna dan agung disisi Allah SWT wa Rasulihi SAW. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Syekh Musthofa at_Thomum RA dalam kitab manaqibnya Sayyid Muhammad Sirrul Khotami al-Mirghoni RA halaman 81:
………………
………………
“Sesungguhnya sirrinya seorang wali itu ada dalam khizibnya, dan maqamnya ada dalam susunan sholawatnya atas Nabi SAW. Maka beberapa sifat Nabi SAW yang tercantum di dalam susunan sholawatnya adalah menunjukkan derajat dan maqam wali itu”.
Disamping terpancar dalam kandungan Sholawat Wahidiyah, kedudukan dan ketinggian derajat Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA juga terwujud dalam lisanul hal dalam menunjukkan ketinggian akhlak, kedalaman ilmu syari’at dan hakikat dan kesempurnaan ma’rifat dalam membimbing umat masyarakat. Maka kita ---pengamal Wahidiyah--- sangat yakin rasanya sulit sekali menenmukan seseorang yang menyamai, apalagi melebihi kedudukan dan derajat Muallif Sholawat Wahidiyah, bahkan tanpa diragukan Muallif Sholawat Wahidiyah adalah sebagai guru agung yang kaamil mukammil (sempurna dan menyempurnakan ma’rifat orang lain) dan seorang Ghouts zaman yang menduduki kedudukan Mujaddid (pembaharu metode) wushul ma’rifat billah atau pembina mental dan ruhani di zaman ini.
Terbukti di zaman ini hanya Muallif Sholawat Wahidiyah yang senantiasa membimbing, mengajak dan mendoakan umat masyarakat tanpa pandang bulu dan golongan untuk sadar ma’rifat kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW melalui bimbingan praktis yang lazim dikenal dengan Ajaran Wahidiyah yaitu; Lillah Billah, Lirrasul Birrasul, Lilghouts Bilghouts, Yukti Kulladzi Haaqqin Haqqoh dan Taqdimul Aham fal Aham Tsummal Anfa’ fal Anfa’. Ajaran ini adalah ajaran yang mencakup Islam, Iman dan Ihsan yang menurut para ulama disebut dengan syari’at, aqidah dan akhlak. Sedangkan menurut para ahli tasawuf disebut dengan syari’ah, hakikat dan ma’rifat. Maka Ajaran Wahidiyah itu adalah ajaran yang berdasarkan Al-Quran, Al-Hadis serta ijma’ para ulama’ Salafus Shalihin.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah merupakan karunia Allah SWT yang agung nan luhur yang diturunkan melalui Syaikhuna al-fadhil al ‘Alim al ‘Allamah al ‘Arif Billah al Mukarram Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef QS RA. Oleh karena itu merupakan ni’mat yang tiada bandingannya bagi kita yang telah menemukan ---tanpa harus bersusah payah--- dan mengamalkan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah.
Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah merupakan suatu doa yang sangat praktis dan tiada bandingannya untuk wushul kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. Bahkan pada acara Hari Ulang Tahun Sholawat Wahidiyah yang ke-2 Romo K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA “bersumpah” (dawuh) “Kalau memang ada suatu amalan yang lebih cepat dalam hal menyampaikan wushul kepada Allah SWT melebihi amalan Wahidiyah, maka saya akan meguru lagi. Dan selanjutnya saya beserta seluruh pengamal Wahidiyah akan mengamalkan amalan tersebut”.
Sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih pengamal Wahidiyah kepada Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA yang dengan ikhlas telah mengijazahkan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah kepada kita semua, tiada lain yang dapat kita haturkan kepada beliau, kecuali kepatuhan dan ketaatan kita terhadap semua yang telah dibimbingkannya, istilah lainnya adalah pasrah bongkokan :Almuridu ‘indal syaikhi kalmayyit ‘inda yadayil ghosili (“seorang murid terhadap gurunya harus seperti mayit di bawah kedua tangan orang yang memandikannya).
Dengan kerendahan hati, duhai Syaikhina wa Murobbina Romo K.H. Abdoel Madjid Ma’roef Muallif Sholawat Wahidiyah QS RA terimalah untaian doa kami : JAZALLAHU ‘ANNA ……………

   WAFAT DAN PEMAKAMAN

 Lazimnya, seseorang selalu menyembunyikan kepribadiannya, dan tidak banyak yang dapat mengetahui sifat-sifatnya, kecuali ketika orang tersebut berada dalam dua situasi, yakni saat dia tidak mungkin lagi mengenakan topeng yang menyembunyikan wajah aslinya di sepanjang hidupnya; ketika dia dijebloskan dalam penjara, dan disaat dia terbaring mati.
Dalam kedua keadaan tersebut, penglihatan kita memperoleh kesempatan yang sangat langka untuk melihat wajah hakiki seseorang, khususnya dalam keadaan yang kedua, ketika orang itu mati.
Ketika seseorang mencium bau maut, ruhnya menjadi murni, dan disaat seseorang terbujur mati, maka saat itu dia menunjukkan dirinya yang sejati. Hebatnya kematian, mampu membuat seseorang menjadi sepenuhnya telanjang, tanpa bisa berpura-pura. Sebab dia tidak memiliki kesempatan untuk menyombongkan diri. Kematian adalah peristiwa yang sangat besar, yang disampingnya seseorang begitu menjadi kecil. Ruh yang ketakutan, keluar dalam keadaan telanjang dari sarangnya yang sepanjang umurnya mampu menyembunyikan dirinya. Kematian mampu meruntuhkan dinding-dinding persembunyian tersebut, sehingga tak lagi ada yang dapat menyembunyikan sosoknya yang hakiki.
Kematian ini sendiri merupakan suatu seni, dan harus dipelajari sebagaimana halnya dengan seni yang lainnya. Ia merupakan pemandangan yang sangat indah dan sangat detil. Ia merupakan lukisan paling baik tentang kehidupan seseorang.
Amat sedikit orang yang kematiannya merupakan kematian yang indah. Sejarah yang sudah amat tua usianya ini, amat rindu untuk menemukan orang-orang yang mati dalam keadaan baik dan tokoh-tokoh melepas nyawanya dengan indah dan agung. Dapat dipastikan, hanya orang-orang yang tahu bagaimana mereka seharusnya mati sajalah yang tahu bagaimana mereka seharusnya hidup. Benar, bahwa hanya orang-orang yang memandang hidup bukan sekadar adanya nafas yang naik turun sajalah yang tidak memandang kematian sebagai tidak adanya nafas. Akan tetapi nafas itu sendiri adalah amal dan pekerjaan besar, sebagaimana halnya dengan kehidupan.
Kematian orang-orang besar juga tidak satu warna. Tiap-tiap orang akan mati sebagaimana ketika ia hidup. Dia akan mati dalam wujud dirinya yang sejati. Salah satu peristiwa kematian yang amat terkenal adalah kematian Sebastian, Kaisar Romawi yang dianggap sebagai pahlawan. Ketika dia terbaring di tempat tidurnya menjelang saat-saat kematiannya, para pembesar dan panglima-panglimanya berdiri mengelilinginya. Namun, begitu ia menyadari bahwa ia akan segera melepaskan nyawa terakhirnya, serta merta ia bangkit dari tempat tidurnya dan berteriak nyaring “Seorang emperor harus berdiri ketika mati!”. Kemudian dia menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam keadaan berdiri memeluk pundak dua orang panglima perangnya.
Dia adalah orang yang sungguh-sungguh besar. Akan tetapi ada pula mata yang bisa melihat keindahan dan keagungan, keunikan dan kehalusan yang tidak dapat ditangkap oleh mata silau seperti itu. Penglihatan yang tersebut di atas tadi, memandang keagungan dan keindahan pada hiruk-pikuknya medan perang, berkelebatannya mata pedang, dan khususnya sutera yang dikenakan seseorang. Namun dia tidak dapat melihat keindahan dalam aspek yang ideal dan dengan wawasan yang luhur.

A. Hari-hari Terakhir
Setelah mencurahkan segala kemampuan, baik lahiriyah maupun batiniyah lebih kurang 26 tahun lamanya, berjuang dengan penuh kesungguhan bersama para pengikut setia beliau, bergumul dan berdakwah memeberantas penyakit-penyakit hati (hawa nafsu), memanggil umat manusia agar kembali ke jalan Tuhan, berjuang menegakkan nilai-nilai tauhid, maka akhirnya berhasillah beliau dalam menunaikan tugas sucinya, menyiarkan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah kepada umat manusia jami’al ‘alamin.
Namun di balik itu, setelah penyusunan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah sudah mencapai kesempurnaan, pengamal Wahidiyah merasa cemas, karena kesempurnaan tersebut sebagai isyarat bahwa beliau Muallif Sholawat Wahidiyah RA tidak lama lagi akan dipanggil oleh Allah SWT kehadirat-Nya, berpisah dengan pengikut yang telah dibimbingnya.
B. Mujahadah Kubro Wada’
Tanda-tanda akan kewafatan Muallif Sholawat Wahidiyah, Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA makin mendekati kenyataan ketika Mujahadah Kubro bulan Rojab 1409 H/1989 M beliau sudah tidak dapat memberikan fatwa amanatnya. Itulah Mujahadah Kubro Wada’ (perpisahan), karena beliau tidak dapat lagi bersama pengamal Wahidiyah mengiktui Mujahadah Kubro pada tahun berikutnya, sekaligus inilah Mujahadah Kubro terakhir kali yang beliau ikuti.
Kecemasan dan kegundahan begitu tampak di wajah ribuan peserta Mujahadah Kubro yang datang dari penjuru tanah air. Kerinduan akan kesyahduan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an ketika bermakmum sholat kepada beliau sudah tak dapat mereka rasakan. Kelembutan dan keni’matan akan fatwa amanat beliau sudah tak dapat mereka dengarkan. Sungguh, Mujahadah Kubro kali ini terasa begitu pilu dan mendebarkan.
Meski keadaannya sudah sakit parah, pada Mujahadah Kubro gelombang yang ke lima (terakhir), tepatnya hari Ahad malam (malam Senin) beliau masih sempat menyampaikan fatwa amanatnya yang terakhir kali. Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA memang memaksakan dirinya untuk menyampaikan pesan-pesannya yang terakhir kali sambil duduk di dalam kamar untuk memberikan ketentraman ke dalam hati pengikutnya yang sedang dirundung gelisah dan cemas. Dengan suara yang berat dan terbata-bata beliau menyampaikan pesan-pesannya yang terakhir.
Dalam Mujahadah Kubro wada’ inilah beliau menyampaikan mutiara wasiat yang amat berharga bagi pengamal Wahidiyah disamping itu beliau juga memberikan tantangan (kesempatan) kepada pengamal Wahidiyah untuk memperjuangkan Sholawat Wahidiyah dan Ajarannya. Pada Mujahadah Kubro wada’ ini pula beliau Muallif Sholawat Wahidiyah memberikan ijazah Sholawat Wahidiyah kepada seluruh pengamal Wahidiyah secara langsung. Fatwa amanat bersejarah itu berisi antara lain sebagai berikut :
ألسّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذى أتانا بالواحدية بفضل ربنا
ياشافع الخلق الصلاة والسلام عليك نورالحلق هادي الانام
واصله وروحه أدركنى فقدضلمت ابد وربنى
ياصاحب الاسراء والمعراج ياصاحب المقام ياذالدرج
ياخير خلق الله حقااجمعن انت إمام الانبيا والمرسلين
أنت رحيم ونبي أنى أنت رءوف وحبيب المنعم
ياايهاالشفيع يامشـفع كل شفيع هو منك يشفع
والاهل والاولاد واللذ عملا بالواحدية بفضل ذى العلا
يأسيدى والحاضرين الحاضرات ياسيدي والمسلمين المسلمات
يارحمة للعالمين والتمام والخيرمنك والخباح والسلام
ياربنا اللهـم صل سلم على محمد شفيع الامم
والال واجعل الانام سرعين بالواحدية لرب العالمين
يامربنا اغفر ليسر افتح واهدنا قرب والف بيننا ياربنا
اما بعد
• Al-Mukarromin wal mukarromat, para bapak dan ibu Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, Propinsi, Kodya/Kabupaten, Kecamatan, Desa dan imam-imam jama’ah seluruh tanah air.
• Para bapak, para ibu yang kami muliakan
• Para remaja, para kanak-kanak putra dan putri yang kami sayangi
• Protokol yang kami taati.
Kami ikut memanjatkan puja puji tasyakur kehadirat Allah SWT biqauli alhamdulillahi rabil ‘alamin, terutama sehubungan kita
Setelah mengucapkan salam dan untaian puji syukur kehadirat Allah SWT serta sanjungan sholawat salam barokah kepangkuan Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para auliya’ min awwalihim ila akhirihim khususnya kepangkuan Ghoutsu hadzazzaman RA, di awal fatwa amanatnya yang terakhir, Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef QS RA menyampaikan sebuah hadits :
اَْلأعْمَالُ بِخَوَا تِمِـهَا
“Segala amal itu tergantung pada penghabisannya”
Amal-amal itu tergantung pada penghabisannya. Jadi kalau penghabisannya ini baik’ semua dihitung baik, tapi kalau penghabisannya jelek, yaa semuanya bisa jadi jelek. Seperti orang hidup, sekalipun selama hidup itu baik, tapi kalau dia ketika menghembuskan jiwa (ruh) itu jelek’ semua jadi jelek, tetapi sekalipun selama hidup baik, yaa baik semua. Artinya yang jelek itu diberi ampun oleh Allah SWT. Makanya banyak doa-doa yang mendoakan agar diberi khusnul khatimah, jadi yang penghabisan itu yang pokok sekali. Karena itu, sekali lagi para hadirin-hadirot mari Mujahadah Kubro tinggal setengah malam ini dengan sungguh-sungguh.

قبلت إجازتك فى هذه الصلوات الواحدية فى العمل والنشر وفى الأجازة فيها. ياايها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما" من صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا" ¢ رواه مسلم ¢ ¢ الاحزب : 56¢
إذا تتلى عليهم ايت الرحمن خروا سجداوبكيا. ¢ مريم :58 ¢
ياأيهاالناس ابكو فإن لم تبقو فتباكوا ¢ رواه ابوداود ¢ ياسيدى يارسول الله لقنوا موتاكم لااله الله ¢ رواه مسلم ¢ قال صلى الله عليه وسلم : من ذكرنى فقد ذكرالله ومن أحبنى فقد أحب الله والمصلى علي ناطق بذكرالله ¢ سعادة الدرين : 512 ¢ وفى الحديث : لن ينجي احدكم عمله قالو ولا انت يارسول الله : قال ولاأنا إلا أن تغمد نى الله برحمته وفى الصحيحين. قام رسول الله حين أترل عليه" وأنذر عشيرتك الاقربين" فقل : يامعشر قريش اشتروا أنفسكم من الله شيأ "ياعباس عم رسول الله لا أغني عنك من الله شيأ" ياصفية عمه رسول الله الا أغني عنك من الله شيأ, يافا طمة بنت رسول الله سلينى من مالى ما شئت لاأغني عنك من الله شيأ. ¢ ارشادا لعباد : 116 ¢
ألطرق إلى الله مشدودة الا على من أقتغى اثر رسول الله صلى الله عليه وسلم. من كان للشرعى إعتراض فهو مخدوع ومغرور وفى رواية مغرور ومخدوع. وأفضل الاوراد ماورد. كل جمع مؤنث. ليت قومى تجمعوا وبقتلى تحدثوا لاأبالى بجمعهم كل جمع مؤنث.
Muqoddimah :
الاممال بخوا تمها. حسنات الابرار سيئات المقربين خاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا. إن الصلاة تنهى عن الفخشاء والمنكر ¢ العنكبوت : 45 ¢ أقم الصلاة لذكري ¢ طه : 14 ¢ ألناس نيام فاءذا ماتوا إنتبهوا. إلا العارفون. ظهور سرالانسان فى الدنيا. ظهور سر الايمان فى القبر. ظهور سر العرفان فى يوم القيامة ألعارف كائن بائن. هم ملوك الاخرة اولئك يلعنهم الله ويلعنهم اللعنون. ¢ البقراة : 159 ¢ ومن يتق الله يجعل له محرجا ويرزقه من حيث لايحتسب ¢ الطلاق : 2¢ ولو أن أهل القراى أمنوا واتقوا. ¢ الاعرف : 96 ¢ أمنوا = بالله : واتقوا = لله.
اتقوالله حق تقاته, ¢ ال عمران : 103 ¢ ادعونى أستجب لكم. ¢ المؤمن : 60¢
الفاحتة. أجزتكم بهذه الصلوات الواحدية نى العمل والنشر وفى الاجازة فيها.
Doa Penutup :
وإنما توفون أجوركم يوم القيامة ¢ ال عمران : 185 ¢
فمن ذحزح عن النار وأد خل ألجنة فقد فاز ¢ ال عمران : 185 ¢
موا السلام عليكم وعليكن ورحمة الله وبركاته.
الفاتحة ياشافع الخلق حبيب الله
اللهم ياواحدياأحد ياسيدى يارسول الله
اللهم كماانت اهله ياربنا اللهم صل سلم
ياشافع الخلق الصلاة اللهم بارك فيما خلقت
ياسيدي يارسول الله وفى هذه المجاهدة
ياايهاالغوث سلام الله الكبرى ياالله

استتغراق
الفـاتحة
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمدالله رب العالمين والصلاة والسلام على اشرف المرسلين, وعلى ألـه وصحبه أجمعين. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا ومولانا وشفيعنا وقرة أعيننا محمد صلى الله عليه وسلم وشرف وكرم ومحمد وعظم نبيك نبي الرحمة صاحب الشفاعة والعناية والكرامه وكاشف الغمه وهادى الامه, وعلى انبيائك والمرسلين وملائكتك المقلربين عليهم الصلاة والسلام وعلى الهم وأصحابهم وجميع الاقطاب واعوانهم من اولهم الى يوم القيامة وغوث هذالزمان واعوانه وسائر اوليائك العارفين أينما كان ا من مشارق الارض الى مغاربها والذين هم فى ارض أندو نيسيأ والاوليـأء التسعة (والشيخ الوالد) واضرابهم رض الله تعالى عنهم, واعا دعلينا من بركاتهم وشفاعاتهم وأمدنا بأمدادهم. امين, امين, امين, يارب العالمين. (وبلغهم سلامنا وتحيتنا وبلغنا شفاعتهم فى دعوتنا ومجاهد تناهذه ياالله, وهذه المجـاهذة الكبرى ياالله ) ياحضراتكم أغيثونا وأشفعوالنا عندربكم فى هذه المجاهدة زفى هذه المجاهذة الكبرى, وفى دعوتنا هذه ياحضراتكم, اللهم ربنا, ربنا, ربنا ظلمنا انفسناوان لم تغفرلنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين, ربنااتنا فىالدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقناعذاب النار, ربنا هبلنا من ازواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين.
للمتقين اماما, اللهم بارك فى ادياننا وانفسنا واهلينا زذرياتنا وكل شئ أعطيتنا وفى هذه المجاهذة الكبرى زفى هذه الصلوات الواحدية وجميع ماتعلق بها وفى أولئك الحاضرين الحاضرات. وجميع من عمل بهذه الصلوات الواحدية ومن أعان عليها إلى يوم القيامة, وفى أديانهم وأنفسهم وأهليهم وذرياتهم وكل شئ أعطيتهم. (يامنزل البركات ) بركة عظيمة محيطة عامة ظاهرة وباطنة فى الذين والدنيا والاخرة – اللهم ياالله – اللهم يسر – يسر – يسـر ياالله ( اللهم اشفنا وإياهم )(وطول أعمارنا وأعمارهم بالبركة العظيمة )(اللهم أعنا وقوناعلى ذكرك وشرك وحسن عبادتك ) اللهم ياالله, ياالله, ياالله (يامجب الدعوات )(ياقادر على كل شئ ) ياارحم الرحمين ,اللهم صلى على سيدنا محمد صلاة دائمة نسألك بها (يامجيب الدعوات ) من لدنك قلوباصافيه وعلومانا فعة واعملا مقبولة وذنوبا مغفورة وامورا ميسرة.
ميسرة وارزاقا واسعة مباركة وحوائج مقضية والعفو والعافيه الدين والجنيا والاخرة, والاستقامة التامة وحسن الخاتمة, وذرية طيبة واغفرلنا وارحمنا ورضناوكلنا, لنا ولابائنا وأمهاتنا وإخوائنا ومشايخنا ومن له حق علينا وعليهم وهؤلاء الحاضرين والحاضرات فى هده الجاهدة الكبرى وجميع من عمل بهذه الصلوات الواحدية ومن أعان عليها إلى يوم القيامة اللهم ياالله (يامجيب الدعوات ) ياارحم الرحمين , والحمد لله رب العالمين.
(اللهم بحقاسمك الاعظم, وبجاه سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم, وبركة غوث هذا الزمان وأعوانه وسائر اوليائك ياالله, ياالله, ياالله رضى الله تعالى عنهم ) بلغ جميع العالمين نداء ناهذا واجعل فيه تأثيرا بليغا
فإنك على كل شئ قدير, وبالإجابة جدير
ففروألى الله
وقل حاء الحق وزهق الباطل إن الباطل كان زهوقا
الفـاتحة
……………………………………………………..
……………………………………………………..
………………………………………………………
Fatwa amanat tersebut merupakan “amanah” bagi seluruh pengamal Wahidiyah untuk melaksanakan dawuh-dawuh di atas, salah satunya yang paling esensi adalah bahwa pengamal Wahidiyah berkewajiban untuk menyiarkan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran Wahidiyah kepada masyarakat jami’al ‘alamin tanpa pandang bulu dengan berprinsip arif dan bijaksana.
Tenggat setengah bulan setelah menyampaikan fatwa dan amanatnya yang terakhir dalam Mujahadah Kubro bulan Rojab, Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA wafat, showan kehadirat Allah SWT dengan tenang, tepatnya hari Selasa Wage tanggal 29 Rojab 1409 H bertepatan dengan tanggal 7 Maret 1989.

C. Pemakaman
Berita wafatnya Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA terus menyebar. Tidak saja ke kota Kediri, tetapi juga menyebar ke Nganjuk, Blitar, Tulungagung, Jombang dan kota-kota lainnya di Jawa Timur. Berita itu tersebar utamanya melalui mulut ke mulut, juga melalui media massa dan lain sebagainya.
Pengamal Wahidiyah dari berbagai penjuru tanah air mulai berdatangan,tidak hanya dari wilayah Jawa Timur, tetapi dari Jawa Tengah, Jawa barat dan dari Jakarta pun berjubel datang ke Kedunglo. Lautan manusia datang dengan rona muka yang sama; kepedihan yang mendalam atas berpulangnya salah seorang pelita hati dan teladan kehidupan. Mereka datang dengan satu tujuan yaitu untuk berta’ziyah dan melepas kepergian Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA ke tempat pembaringannya yang terakhir.
Prosesi pemakamannya berlangsung pada pagi hari tepatnya hari Rabu Kliwon, 30 Rajab 1409 H bertepatan dengan 8 Maret 1989 M. Sebelum pemakaman, shalat jenazah untuk almaghfurlah dilaksanakan di Masjid Kedunglo. Sholat jenazah didirikan berulang-ulang dengan jumlah jama’ah yang mencapai ribuan.
Setiap kali setelah sholat jenazah dilanjutkan dengan mujahadah. Sholat jenazah pertama dilaksanakan setelah sholat isya’ dan berlanjut terus menjelang sholat Shubuh. Pada saat sholat Shubuh dilaksanakan, keranda jenazah Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA dibawa ke ndalem (rumah). Hal ini dilakukan untuk menghindari ribuan penta’ziyah yang berebut untuk memikulnya. Banyak orang yang kecele, ribuan orang yang bermaksud mengangkat keranda jenazah beliau. Namun toh demikian ---meski tidak kesampaian mengangkat keranda jenazah-- mereka terasa sudah puas apabila sudah dapat menyentuh keranda jenazahnya.
Tempat pemakaman yang terletak di dalam ndalem, dipenuhi dan dikelilingi ribuan orang-orang yang ingin memberikan penghormatan terakhir untuk Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA. Di dalam ndalem tampak anggota keluarga, para pimpinan PSW Pusat dan kerabat dekat beliau yang sibuk mempersiapkan pemakaman.
Dalam upacara pemakaman disampaikan hasil “Putusan Keluarga” yang disampaikan oleh Bapak A.F Baderi selaku Ketua I PSW Pusat. Para penta’ziyah dengan penuh khidmad mengikuti upacara pemakaman. Kalimat nida’ Yaa Sayyidii Yaa Rasulalloh, Yaa Sayyidii Yaa Ayyuhal Ghouts terus bersahutan, isak tangis tak henti-hentinya terdengar dari para penta’ziyah. Suasana hening ketika pelan-pelan jenazah Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA diturunkan ke liang lahat. Lantunan adzan segera terdengar “Allahu Akbar, Allahu Akbar” kumandang Agus Abdoel Latif Majid yang berada di dasar kuburan setelah jenazah dibaringkan.
Inilah hari terakhir perjumpaan seluruh pengamal Wahidiyah kepada beliau Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS RA. Ribuan orang menangis, memang seharusnya orang-orang tak perlu menangis, karena orang yang mereka cintai telah kembali di sisi Tuhannya dengan hati yang tunduk. Akan tetapi tangisan itu adalah ungkapan tulus dari dasar jiwa mereka yang paling dalam, yang mengekspresikan duka yang mendalam atas meninggalnya seorang figur panutan, seorang yang telah menyelamatkan mereka dari jurang kedhaliman, seorang dokter jiwa yang telah membersihkan hati mereka sehingga dapat sadar ma’rifat kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. Siapakah yang akan meneruskan perjuangannya ?
* * *
Tidak diragukan lagi, bilamana pengamal Wahidiyah mengkaji berbagai aspek kehidupan dari kepribadian Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA sebagai seorang manusia, kepala keluarga, anggota masyarakat, ulama (kiai), pemimpin, pemandu dan guru ruhani, beliau akan sampai kepada kesimpulan bahwa kesempurnaan beliau dalam segala sisi adalah bukti yang tegas bahwa beliau adalah Sulthanul auliya’ fii zamanihi atau Ghoutsu hadzazzaman.
Beliau Mu’allif Sholawat Wahidiyah QS RA memberikan sumbangan yang menakjubkan bagi kesejahteraan umat manusia. Beliau menta’lif (menyusun) Sholawat Wahidiyah yang dirangkai dengan Ajaran Wahidiyah, yang tidak dimiliki oleh Sholawat lainnya. Beliau membawa ajaran yang universal, namun simpel dan praktis; Lillah Billah, Lirrasul Birrasul, Lilghouts Bilghouts, Yukti kulladzi haqqin haqqoh, Taqdimul aham fal aham tsummal anfa’ fal anfa’.
Inilah risalah yang manusia ---sekali lagi--- telah kehilangan bimbingannya. Maka, mengapakah kita tidak datang lagi ke bawah naungannya agar umat manusia terselamatkan dari kehancuran dan dapat mencapai kedamaian, kemajuan dan kebahagiaan dunia akhirat ?
Kedunglo dicekam kegelisahan total. Kebingungan dan kecemasan melanda para pengamal Wahidiyah. Berita-berita yang mereka terima menunjukkan, bahwa kondisi Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA telah sangat kritis, dan sangat sedikit harapan untuk sembuh. Ini menunjukkan bahwa kehidupannya tinggal beberapa saat lagi. Sejumlah Pengamal Wahidiyah sangat ingin melihatnya dari dekat, tetapi kondisinya yang parah tak mengizinkan siapa pun untuk menjenguk ke ruangan beliau dirawat, kecuali anggota keluarganya.


PERJUANGAN MBAH K.H. ABDOEL MADJID MA’ROEF RA


A. Kelahiran Sholawat Wahidiyah
1. Latar Belakang Lahirnya Sholawat Wahidiyah
Kerusakan mental manusia di tahun 1960-an telah diambang pintu kehancuran, dilanda arusnya nafsu hingga manusia tenggelam dalam lautan munkarat akibat dari kebodohannya tentang keimanan (kesadaran) kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW.
Kehidupan manusia sudah tidak lagi mengindahkan nilai-nilai ajaran agama, sehingga melahirkan manusia-manusia yang amoral (tidak berakhlakul karimah). Di tengah kehidupan manusia yang kehilangan pegangan hidupnya itulah, tampil seorang yang sangat perhatian akan kelangsungan keselamatan kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Beliau adalah Abdoel Majid Ma’roef, seorang kiai yang sangat bersahaja dan tawadhu’.
Keprihatinan beliau terhadap kondisi kehidupan manusia yang semakin jauh dari Allah SWT dibuktikan dengan riyadhoh yang begitu luar biasa beliau lakukan. Segala jenis dan macam doa beliau amalkan untuk memperbaiki atau membangun mental (akhlak) manusia yang hampir di jurang kehancuran. Karena kesungguhan Mbah K.H. Abdoel Majid Ma’roef RA dalam bermunajat kepada Allah SWT, sekitar awal bulan Juli 1959, beliau menerima suatu alamat ghaib ---istilah beliau--- dalam keadaan yaqudhotan (sadar dan terjaga), bukan dalam keadaan mimpi. Maksud dari alamat ghaib tersebut adalah “supaya ikut berjuang memperbaiki mental masyarakat lewat jalur bathiniyah”.
Setelah menerima alamat ghaib tersebut beliau sangat prihatin, kemudian beliau mencurahkan atau memusatkan kekuatan bathiniyah, bermujahadah (bersungguh-sungguh) dalam bertaqarrub (mendekatkan) diri kepada Allah SWT, memohon bagi kesejahteraan umat masyarakat, terutama perbaikan akhlak dan kesadaran kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. Doa-doa atau amalan yang belaiu perbanyak adalah doa sholawat, seperti; Sholawat Badawiyah, Sholawat Nariyah, Sholawat Munjiyat, Sholawat Masisiyah dan sholawat yang lainnya. Boleh dikatakan, bahwa hampir seluruh doa yang beliau amalkan untuk memenuhi maksud alamat ghaib tersebut adalah doa sholawat.
Dimanapun dan kapanpun beliau berada, senantiasa beraudensi (berhubungan) dengan Allah SWT dengan membaca sholawat, sehingga tidak ada waktu sedetik pun terlewatkan tanpa berhubungan kepada Allah SWT. Ketika bepergian dengan sepeda ontel (kayuh) beliau memegang setir sepeda dengan tangan kiri, sedang tangan kanan beliau masukkan ke dalam saku baju untuk memutar tasbih. Untuk amalan Sholawat Nariyah misalnya, beliau sudah terbiasa mewiridkannya dengan bilangan 4444 kali dalam tempo lebih kurang 1 (satu) jam. Untuk meningkatkan taqarrubnya kepada Allah SWT disamping riyadhoh-riyadhoh yang telah dilaksanakan, beliau juga melakukan puasa-puasa sunah terus-menerus.
Tenggat empat tahun setelah melakukan riyadhoh dan munajat dengan penuh kesungguhan bagi keselamatan umat manusia, pada awal tahun 1963 beliau menerima alamat ghaib lagi seperti yang beliau terima pada tahun 1959. Alamat yang kedua ini bersifat peringatan terhadap alamat ghaib yang pertama, yaitu supaya cepat-cepat ikut berusaha memperbaiki akhlak masyarakat melalui saluran bathiniyah. Maka beliau pun meningkatkan mujahadahnya, bermunajat kepada Allah SWT, sampai-sampai kondisi fisik beliau seringkali terganggu (sakit-sakitan). Namun, hal itu tidak mengurangi semangat beliau dalam bertaqarrub kepada Allah SWT. Bahkan beliau terus meningkatkan perjuangan bathiniyahnya.
Tidak berselang lama dari alamat ghaib yang kedua itu ---masih di tahun 1963---beliau menerima alamat ghaib dari Allah SWT untuk yang ketiga kalinya. Alamat yang ketiga ini jauh lebih keras lagi dari alamat yang pertama dan kedua. Berikut penuturan beliau dalam bahasa Jawa: “Malah kulo dipun ancam menawi mboten enggal-enggal nglaksanaaken” (Bahkan saya diancam kalau tidak cepat-cepat melaksanakan). “Saking kerasipun peringatan lan ancaman, kulo ngantos gemeter sak bakdanipun meniko” (Karena kerasnya peringatan dan ancaman, saya sampai gemetar sesudah itu).
Selanjutnya beliau pun prihatin lagi dan terus meningkatkan mujahadahnya, memohon kehadirat Allah SWT. Dalam situasi bathiniyah yang senantiasa bertawajjuh (mengarah) kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW itu ---masih di tahun 1963--- beliau menyusun suatu doa sholawat. “Kulo lajeng ndamel oret-oretan” (Saya lantas membuat coret-coretan), istilah beliau, maka tersusunlah Sholawat Ma’rifat (Allohumma kama anta ahluh dst.). Penjelasan secara rinci dan lengkap tentang penyusunan Sholawat Wahidiyah akan dibahas pada bab lain.
Betapa besar perhatian dan kecintaan Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA kepada umat manusia. Saking cinta dan kasihnya, beliau rela untuk melakukan riyadhoh yang begitu berat, lahiriyah dan bathiniyah beliau benar-benar hanya difokuskan untuk bermujahadah, bermunajat kepada Allah SWT guna mengemban misi yang begitu mulia dari Allah SWT untuk menyelamatkan akhlak manusia dari kebinasaan.
2. Tahapan Penyusunan Sholawat Wahidiyah
Penyusunan Sholawat Wahidiyah dilakukan secara bertahap oleh muallifnya. Hal ini tentu mengandung sirri atau rahasia-rahasia yang kita tidak mengetahui secara pasti, disamping itu penyempurnaan penyusunan Sholawat Wahidiyah disesuaikan dengan situasi dan kondisi umat manusia di dunia.
Susunan Sholawat Wahidiyah ---seperti susunan sekarang ini--- diawali dengan tersusunnya Sholawat Ma’rifat yang disusun pada tahun 1963. Susunan Sholawat Ma’rifat adalah sebagai berikut :
Dalam Sholawat Ma’rifat tersebut belum ada kalimat Yaa Allah setelah kalimat tamaama maghfiratika dan seterusnya seperti seperti yang ada dalam susunan Sholawat Wahidiyah sekarang ini.
……………………………………………...…………..
Beberapa waktu kemudian ---masih di tahun 1963--bertepatan dengan bulan Muharram, Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA menyusun sholawat lagi, yaitu :
Sholawat tersebut kemudian diletakkan pada urutan pertama dalam sususan Sholawat Wahidiyah. Karena lahirnya sholawat ini pada bulan Muharram, maka Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA menetapkan bulan Muharram sebagai bulan kelahiran Sholawat Wahidiyah yang diperingati ulang tahunnya dengan pelaksanaan Mujahadah Kubro pada setiap bulan tersebut.
Pada pengajian kitab Al-Hikam ---dilaksanakan setiap Ahad pagi di masjid Kedunglo--- Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA menjelaskan tentang Haqiqotul wujud sampai pengertian dan penerapan Bihaqiqotil Muhammadiyah yang di kemudian hari disempurnakan dengan penerapan Lirrasul Birrasul. Saat itulah ---masih di tahun 1963--- tersusun sholawat yang ketiga :
Sholawat ini disebut Sholawat Tsaljul Qulub (Sholawat Pendingin Hati). Nama lengkapnya adalah Sholawat Tsaljul Ghuyub Litabriidi Harorotil Qulub (Sholawat Salju dari alam ghaib untuk mendinginkan hati yang panas).
Ketiga rangkaian sholawat yang sudah tersusun tersebut diawali dengan surat Al-Fatihah, dan diberi nama Sholawat Wahidiyah. Kata Wahidiyah diambil sebagai tabarrukan (mengambil berkah) salah satu asmaul husna yang terdapat dalam sholawat yang pertama, yaitu Waahidu artinya Maha Satu. Satu tidak bisa dipisah-pisahkan lagi, mutlak satu azlan wa abadan. Satu bagi Allah tidak seperti satunya makhluk. Para ahli mengatakan, bahwa di antara khowas (hasiat) al-Waahidu, adalah menghilangkan rasa bingung, sumpek, resah/gelisah dan rasa takut. Barang siapa membacanya dengan sepenuh hati dan khudhu’, maka dia dikaruniai oleh Allah SWT tidak mempunyai rasa takut/khawatir kepada makhluk, dimana takut kepada makhluk itu adalah sumber dari segala balak/bencana di dunia dan di akhirat. Dia hanya takut kepada Allah SWT saja. Barang siapa memperbanyak dzikir al-Waahid al-Ahad atau Yaa Waahid Yaa Ahad maka Allah SWT membuka hatinya untuk sadar bertauhid, memahaesakan Allah SWT (sadar Billah).
Pada tahun 1963 diadakan pertemuan yang diikuti oleh para ulama/kiai dan tokoh masyarakat yang sudah mengamalkan Sholawat Wahidiyah dari Kediri, Tulungagung, Blitar, Jombang dan Mojokerto bertempat di Musholla KH. Abdoel Djalil Jamsaren Kediri. Musyawarah dipimpin langsung oleh Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA. Di antara hasil dari musyawarah adalah susunan kalimat yang akan ditulis dalam lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk adanya kalimat garansi atau jaminan atas usulan beliau sendiri dan disetujui oleh peserta musyawarah. Kalimat jaminan itu berbunyi, “Menawi sampun jangkep 40 dinten mboten wonten perubahan manah, kinging dipun tuntut dunyan wa ukhron” (Apabila sudah genab 40 hari tidak ada perubahan hati, boleh dituntut dunia dan akhirat”).
Menjelang peringatan ulang tahun lahirnya Sholawat Wahidiyah yang pertama (Eka Warsa) pada bulan Muharram 1964 Lembaran Sholawat Wahidiyah mulai dicetak pertama kalinya sebanyak 2.500 lembar dengan susunan sebagai berikut :
Al-Fatihah ………
Allahumma yaa waahidu yaa ahad …….
Allahumma kamaa anta ahluh ………
Yaa syafi’al kholqis sholatu wassalam ………
Dalam lembaran ini juga dilengkapi dengan keterangan tentang cara pengamalannya dan juga kalimat garansi seperti di atas.
Setelah Lembaran Sholawat Wahidiyah beredar secara luas di masyarakat, disamping banyak yang menerima, juga tidak sedikit yang menentangnya /mengontrasnya. Kebanyakan alasan para penentang adalah adanya kalimat jaminan seperti di atas. Mereka memberikan penafsiran tentang garansi dengan pemahaman yang keliru. Mereka beranggapan bahwa “Barang siapa telah mengamalkan Sholawat Wahidiyah selama 40 hari dijamin masuk syurga”. Sebenarnya kalimat garansi tersebut merupakan suatu ajaran atau bimbingan agar pengamal Wahidiyah meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap sesuatu hal yang kita lakukan dengan segala konsekuensinya atau bahasa lainnya adalah “berani berbuat berani bertanggung jawab”.
Setelah peringatan ulang tahun Sholawat Wahidiyah Pertama, di Kedunglo diadakan Asrama Wahidiyah I yang diikuti oleh kiai dan tokoh agama dari Kediri, Blitar, Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Surabaya, Malang, Madiun dan Ngawi. Dalam asrama inilah lahir kalimat nida’ “Yaa Sayyidii Yaa Rasulalloh”. Untuk melengkapi amalan Sholawat Wahidiyah yang sudah ada kalimat nida’ tersebut dimasukkan dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah dan tidak ada perubahan sampai tahun 1968.
Dalam Asrama Wahidiyah II (5-11 Oktober 1965) Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA dalam Kuliah Wahidiyahnya menyampaikan tentang Ghoutsu zaman. Pada saat itulah lahir do’a :
Bacaan tersebut merupakan suatu jembatan emas yang dapat menghubungkan manusia yang berlumur dosa dan terbelenggu nafsu kepada Ghautsu Hadzazzaman RA untuk sadar, ma’rifat kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. Pengamal Wahidiyah menyebutnya “Istighosah”. Kalimat istighosah ini tidak langsung dimasukkan ke dalam rangkaian Lembaran Sholawat Wahidiyah yang beredar di masyarakat, tetapi para pengamal Wahidiyah yang sudah agak lama dianjurkan untuk mengamalkannya terutama dalam mujahadah-mujahadah khusus.
Pada tahun 1965 Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA memberi ijazah lagi berupa kalimat “Fafirruu Ilalloh” dan kalimat “Waqulja al-haqqu wazahaqol baathil innal baatila kaana zahuuqo”. Pada saat itu, dua kalimat tersebut juga belum dimasukkan dalam rangkaian pengamalan Sholawat Wahidiyah, tetapi dibaca oleh imam dan ma’mum dengan bersamaan pada setiap akhir dari bacaan do’a.
Pada tahun 1968 lahir kembali sebuah sholawat :
Yaa robban ...
Pada tahun 1971, menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) di negara kita, lahirlah sholawat :
Yaa Syafi’al Kholqi ….
Sholawat ini kemudian dimasukkan ke dalam Lembaran Sholawat Wahidiyah diletakkan sebelum kalimat “Yaa Robbanallohumma Sholli Sallimi”.
Pada tahun 1973 Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA menambah do’a :
Allahumma baarik ……….
(belum ada kalimat Yaa Allah).
Di tahun yang sama bacaan Fafirruu Ilalloh” dirangkaikan dengan kalimat “Waqulja al-haqqu wazahaqol baathil innal baatila kaana zahuuqo yang didahului dengan do’a :
Allahumma bihaqqis ………
Pada tahun 1976 mulai dilaksanakan nida’ berdiri menghadap empat arah (barat, utara, timur, dan selatan) dengan membaca kalimat Fafirruu Ilalloh pada saat mujahadah dalam rangka peletakan batu pertama Masjid Desa Tanjungsari (Masjid KH. Zainal fanani).
Pada tahun 1978 Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA menambah do’a “Allahumma Baarik fii Haadzihil Mujahadah Yaa Allah” sesudah kalimat “Allahumma Baarik Fiima Kholakta Wahadzihil Baldah”.
Tahun 1981 do’a Allahumma Baarik Fiima Kholakta Wahadzihil Baldah ditambah kalimat Yaa Allah dan do’a Allahumma Baarik fii Haadzihil Mujahadah Yaa Allah diubah menjadi Wafii Haadzihil Mujahadah Yaa Allah. Sehingga rangkaiannya menjadi Allahumma Baarik Fiima Kholakta Wahadzihil Baldah Yaa Allah Wafii Haadzihil Mujahadah Yaa Allah.
Pada tahun 1980 dalam Sholawat Ma’rifat ada tambahan kalimat Yaa Allah setelah kalimat tamaama maghfiratika sehingga kalimatnya menjadi tamaama maghfiratika yaa Allah dan seterusnya.
Pada tanggal 27 Jumadil Akhir 1401 /2 Mei 1981 Lembaran Sholawat Wahidiyah yang beredar di masyarakat diperbarui dengan susunan yang sudah lengkap disertai dengan petunjuk cara pengamalannya, disertai juga dengan Ajaran Wahidiyah serta keterangan tentang ijazah Mbah K.H. Abdoel Madjid Ma’roef RA secara mutlak. Susunan Lembaran Sholawat Wahidiyah seperti itu tidak ada perubahan sampai sekarang kecuali beberapa kalimat dalam penjelasan keterangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan aturan bahasa. (Lihat Lembaran Sholawat Wahidiyah yang ditulis dari tahun ke tahun).
B. Ajaran Wahidiyah
Ajaran Wahidiyah adalah bimbingan praktis lahiriyah dan batiniyah di dalam melaksanakan tuntunan Rasulullah SAW, meliputi bidang syari’at dan bidang hakikat yang mencakup peningkatan iman, pelaksanaan Islam dan perwujudan ihsan serta pembentukan akhlakul karimah.
Kemudian yang dimaksud dengan peningkatan iman yaitu peningkatan menuju kesadaran atau ma’rifat kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW. Selanjutnya yang dimaksud dengan pelaksanaan Islam adalah realisasi daripada ketaqwaan kepada Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud dengan perwujudan dari ihsan adalah merupakan manifestasi daripada iman dan Islam yang sempurna.
Yang dimaksud dengan bimbingan dalam memanfaatkan potensi lahiriyah yang ditunjang oleh pendayagunaan potensi batiniyah yang seimbang. Jadi bimbingan praktis tersebut meliputi hablun minallah yaitu hubungan manusia kepada Allah SWT wa Rasulihi SAW dan hablun minannas yaitu hubungan manusia dengan manusia sebagai insan sosial, yang meliputi hubungan terhadap keluarga, terhadap bangsa, negara dan agama, terhadap sesama umat manusia serta hubungan manusia terhadap makhluk hidup dan lingkungan.
Ajaran Wahidiyah meliputi lima macam, yaitu sebagai berikut :
LILLAH BILLAH
LIRROSUL BIRROSUL
LILGHOUTS BIL GHOUTS
YUKTI KULLADZI HAQQIN HAQQOH
TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL ANFA’ FAL ANFA’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar